Bisa jadi saya dan Anda ketika masih kecil pernah melihat peragaan beladiri yang tanpa menyentuh, orang-orang bisa terpental. Kita pun jadi terpukau. Lalu, menganggap bahwa orang yang dapat mementalkan orang lain disebut punya ilmu kebal.
Kita mungkin waktu kecil juga akan terpukau ketika ada orang yang memeragakan tangannya kena senjata tajam tidak apa-apa. Sama sekali tidak berdarah. Terluka juga tidak, bahkan tidak ditemukan ada goresannya sama sekali. Wah, kok bisa begitu, ya?
Teman Sekaligus Tetangga
Saya pernah punya tetangga di dekat rumah. Dia berusia sepantar dengan saya. Waktu itu, kami masih sama-sama remaja. Kalau laki-laki disebut dengan remaja, kalau perempuan mungkin disebut dengan remaji.
Dia bercerita masuk ke dalam sebuah geng. Ini geng, bukan gang. Kalau gang itu berarti lorong. Dia melanjutkan, untuk mendapatkan kesaktian, dia akan “diisi”. Tentu saja ini bukan diisi bensin, apalagi bensin oplosan, melainkan diisi dengan kekuatan gaib. Ya, Anda tidak salah dengar, diisi dengan jin!
Rupanya, semakin lama kita belajar bahwa ilmu kebal itu memang didapatkan dari jin. Kulit manusia ketika dilindungi oleh jin, maka bisa menahan goresan senjata tajam. Namun, jelas cara itu adalah cara setan. Sebab, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak memakai ilmu kebal. Saat di peperangan, seperti Perang Uhud, beliau bisa terluka, bahkan cukup parah.
Baca Juga: Buka Puasa Pertama Bulan Suci Ramadan 1446 Hijriyah, Antara Bahagia dan Sedih
Cara untuk mendapatkan ilmu kebal memang aneh-aneh. Dan, yang namanya mendapatkan kekuatan dari jin, memang berkebalikan dengan cara syariat Islam. Banyak juga yang meminta bantuan jin untuk ilmu kebal, tetapi justru mendapatkan kerugian di dunia dan akhirat. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al Jin: 6).
Firman Allah Ta’ala juga:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman), “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia,” lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia, “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman, “Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain).” (QS. Shad: 55).
Ketika orang sudah larut dalam dunia jin demi mendapatkan ilmu kebal, maka solusinya adalah diruqyah. Dan, untuk meruqyah orang-orang seperti itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Apalagi jika pengaruh jinnya sudah sedemikian kuat, maka mungkin tidak cukup sekali.
Ilmu Kebal yang Bermanfaat
Kalau ada ilmu kebal yang tidak bermanfaat, kalau ada ilmu kebal yang bisa mendatangkan dosa, maka ada satu ilmu kebal yang bisa berupa kebaikan. Ilmu kebal tersebut bisa menangkal serangan setan paling ganas dan yang paling disukai oleh iblis. Dalam sebuah hadits disebutkan:
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut), kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka, yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, ‘Aku telah melakukan begini dan begitu.’ Iblis berkata, ‘Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatu pun.’ Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, ‘Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya.’ Maka, Iblis pun mendekatinya dan berkata, ‘Sungguh hebat (setan) seperti engkau.’” (HR. Muslim no. 2813).
Betapa mengerikannya fitnah setan yang bisa memisahkan pasangan suami istri yang sebelumnya sah secara hukum agama dan negara. Mereka bercerai, lalu bisa menimbulkan kemudharatan selanjutnya. Perceraian selalu menimbulkan korban, terutama bagi anak-anak. Biasanya anak-anak tersebut berada satu atap dengan ayah dan ibunya, kini harus berpisah tempat. Dan, harus berganti giliran untuk saling bertemu.
Saat ayah atau ibunya mendapatkan pasangan baru, anak-anak tersebut harus beradaptasi. Sebaik-baiknya orang tuanya yang baru, tidak bisa menggantikan orang tuanya yang sebelumnya. Bahkan, tidak jarang ditemukan, orang tua barunya melakukan tindakan-tindakan negatif terhadap anak-anak tersebut. Persepsi ayah atau ibu tiri bisa dikatakan negatif dalam diri anak-anak tersebut.
Perceraian memang tidak selalu diakibatkan oleh masalah besar. Bisa jadi, dari masalah kecil yang tidak pernah selesai, lalu menjadi pemantik jatuhnya talak. Atau, karakter salah satunya yang terbilang keras, suka emosi, suka ngomel, dan sangat cerewet.
Dari berbagai fenomena yang muncul di media sosial, sebutan “ras terkuat di muka bumi” disematkan kepada kaum perempuan, utamanya ibu-ibu alias emak-emak. Mereka bahkan bisa melakukan apa saja, contohnya ketika di jalan. Mau belok ke kanan, tetapi lampu sein motornya ke kiri. Saat sudah diikuti motor tersebut, ternyata tiba-tiba berhenti.
Pernah ada yang mengungkapkan bahwa perempuan atau para ibu atau para istri itu bisa menghabiskan sampai 20.000 kata per hari. Sedangkan para suami atau para ayah cuma sekitar 2.000 kata per hari. Jadi, kalau di rumah, para istri atau ibu-ibu cerewet, maka itu bisa dikatakan wajar, karena jatahnya 20.000 per hari berkata-kata.
Namun, klaim bahwa wanita menghabiskan 20.000 kata per hari itu rupanya tidak didasari penelitian ilmiah. Pernyataan 20.000 kata per hari itu muncul di buku yang dikarang oleh Louann Brizendine, M.D berjudul The Female Brain. Jika berdasarkan dalih itu, maka perempuan bisa berbicara seenaknya di dalam rumahnya, karena toh jatahnya banyak. Suami sudah capek pulang dari tempat kerja, eh, ternyata mendapatkan sambutan kecerewetan istrinya sendiri.
“Masih kurang 15.000 kata ini, Bos. Senggol dong!” Mungkin begitu kata istrinya.
Memang, tidak bisa dipungkiri, hampir di semua tempat, kaum perempuan yang lebih banyak mendominasi percakapan. Tidak hanya di rumahnya, bahkan di tempat umum, seperti di masjid pun begitu. Saat ada pengajian atau taklim, biasanya yang paling ribut adalah kaum perempuan, apalagi mereka berada di belakang hijab, lebih bebas bercakap-cakap. Tua-muda, sama saja.
Baca Juga: Dapat Jodoh Idaman di Bulan Ramadan Belum Tentu Aman, Bisa Dijelaskan?
Kecerewetan perempuan itu bisa wajar terjadi, karena kaum ibu biasanya lebih dekat kepada anak-anaknya, apalagi sejak lahir. Jadi, sifat cerewet dan menyimpan banyak kata itu akan membantu anak-anaknya untuk bisa berbicara atau bercakap-cakap nantinya, asal ibunya berbicara tidak dicadel-cadelkan.
Menghadapi kaum perempuan, para istri, yang cerewet begitu, maka bagaimana para suami menghadapinya? Nah, inilah dia, ada satu ilmu kebal yang bermakna positif. Ilmu kebal tersebut dikatakan oleh Ustaz Rifky Jafar Thalib, seorang da’i yang terkenal dan sering berbicara tentang kehidupan rumah tangga maupun suami istri tersebut.
Katanya, beliau sudah memiliki ilmu kebal menghadapi omelan istri. Dan, berdasarkan kenyataan, hampir semua suami pasti pernah dimarahi istrinya. Padahal suami adalah kepala keluarga, seorang imam, seorang laki-laki yang mestinya lebih kuat daripada perempuan, tetapi dimarahi juga oleh istrinya. Bahkan, sekelas sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu: Umar bin Khattab radhiyallahu anhu, pun dimarahi istrinya, sebagaimana dijelaskan oleh Ustaz Ridwan Hamidi, Lc. M.P.I, M.A, Ketua Bidang Ketahanan Keluarga, Dewan Pengurus Pusat (DPP) Wahdah Islamiyah.
Padahal, kita tahu sendiri, bagaimana sosok Umar bin Khattab radhiyallahu anhu dari segi fisik. Beliau pandai bertarung, pandai menggunakan senjata, orang yang sangat tangguh, ditakuti oleh kaum kafir Quraisy, akan tetapi di hadapan istrinya, beliau hanya diam saat dimarahi. Dan, kata Ustaz Ridwan, memang begitulah seharusnya para suami, diam saja saat istrinya sedang mengomel.
Ustaz Dr. Khalid Basalamah dalam salah satu ceramahnya juga menyatakan sabar saja, anggap saja suara istri itu seperti radio rusak. Senada yang sama, Ustaz Dr. Das’ad Latif juga mengajarkan kesabaran para suami menghadapi istri yang sedang marah-marah. Bahkan, seandainya para istrinya mengatakan “Pokoknya”, maka lebih baik para suami minum obat tidur saja!
Kondisi Sebaliknya
Ilmu kebal yang seperti itu bisa jadi tidak dimiliki oleh setiap suami. Banyak juga suami yang terpancing karena istrinya sedang marah-marah. Harga diri suami tersebut terasa terinjak-injak. Dia sebagai kepala keluarga, pemimpin keluarga, kok dimarahi? Dan, selalu dimarahi, kenapa? Muncul rasa emosinya, mulai meledak juga, akhirnya membalas perlakuan istrinya. Tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan, sampai memukul, menendang, bahkan membunuh istrinya sendiri. Naudzubillah min dzalik.
Sungguh sangat mengerikan kalau sampai terjadi hal-hal seperti itu. Iblis akan makin senang jika setiap rumah tangga muslim bermasalah, hingga berujung cerai. Tidak hanya bercerai, tetapi juga menimbulkan kerusakan sangat besar, seperti istri yang dibunuh oleh suami itu tadi.
Jadi, memang ilmu kebal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Butuh yang namanya kesabaran tingkat tinggi, lapang dada yang luas, dan pikiran serta hati yang super jernih. Makanya itu, hak bercerai itu melekat pada suami. Jika istri marah-marah, mungkin ratusan kali dia bilang “cerai”. Akan tetapi, para suami yang biasanya berpikir lebih sejuk dan sesuai logika, seharusnya tidak gampang mengatakan cerai maupun talak.
Ilmu kebal yang mesti dimiliki oleh laki-laki dewasa, utamanya yang sudah menikah ini, memang bisa dilatih terus-menerus, apalagi di bulan suci Ramadan ini. Sabar menghadapi istri, menebalkan telinga, makin memantapkan ilmu kebal, karena toh seorang istri yang marah-marah itu, mungkin ada kesalahan suami juga.
Mungkin suaminya kurang perhatian, lebih sibuk dengan teman-temannya sendiri, meskipun teman-teman sesama ikhwan maupun aktivis dakwah, kurang mendengarkan capeknya istri seharian di rumah menghadapi anak-anak yang super aktif, mungkin uang belanjanya kurang, termasuk istrinya kurang dibelai mesra, dan faktor-faktor penyebab lainnya.
Ustaz Ridwan Hamidi mengatakan bahwa akad nikah itu tidak seperti akad jual beli. Jika membeli rumah, kemudian merasa bosan dengan rumah tersebut dengan alasan merasa sempit, maka bisa langsung dijual, diganti dengan rumah yang lebih baik. Namun, akad nikah, tidak bisa langsung ditukar atau langsung diganti yang baru. Intinya, pasangan bukanlah barang yang bisa diganti dan ditukar kapan saja.
Ustaz Salim A. Fillah mengatakan bahwa menikah ini adalah ibadah yang terlama dalam kehidupan manusia. Dimulai dari akad nikah dan berakhir nanti ketika sudah menginjak surga. Kalau sudah di surga, semoga bisa tambah langgeng selama-lamanya. Namun, sebelum sampai di sana, perjalanan panjang ini mesti diisi dengan ilmu kebal seperti di atas tadi agar rumah tangga bisa tetap bertahan.
Wallahu ‘alam bisshawab.
Baca Juga: Tarbiyah Gabungan Ustadz Syaiful Yusuf: Dari Mencegah Soliditas Tidak Hilang Hingga Belaian Kasih Sayang