Dalam kehidupan kita, pastilah ada sangkut-pautnya dengan batu. Benda ini kita kenal sebagai sesuatu yang keras, berbentuk tidak teratur, dan biasanya digunakan untuk konstruksi rumah maupun bangunan lainnya.
Kalau mengacu kepada batu, juga bisa dikaitkan dengan penyakit. Ada yang namanya batu ginjal, ada pula batu empedu. Batu ginjal bisa terjadi jika kurang minum air putih, sering minum yang manis-manis, dan satu lagi, sering menahan kencing!
Makanya dari segi kesehatan, disarankan untuk meminum air sebanyak delapan gelas setiap hari. Jangan sampai terlalu semangat, bukan lagi delapan gelas, melainkan malah delapan galon! Ini malah membawa penyakit tersendiri.
Batu Sebagai Mata Pencaharian
Tadi sudah disebutkan bahwa batu memang digunakan untuk konstruksi rumah maupun bangunan lainnya, seperti jembatan, bendungan, gapura, maupun sekadar tempat duduk, seperti yang ada di taman-taman itu. Bercengkerama bersama istri maupun suami, atau bersama anak-anak. Makan bersama dan menikmati suasana yang menyenangkan, meskipun sebelumnya bisa jadi antara suami dan istri tersebut bertengkar. Bukankah tidak ada rumah tangga yang bebas konflik?
Orang yang selalu berkaitan dengan batu namanya adalah tukang batu. Ini adalah pekerjaan yang memang sangat menguras fisik. Bagaimana tidak, mereka harus melakukan pekerjaan yang cukup berat, mengangkat batu, semen, kayu, sering pula di bawah terik sinar matahari yang menyengat.
Pekerjaannya pun bisa borongan maupun harian. Meskipun yah, yang sangat disayangkan, sebagian dari mereka memang sering merokok, hobi minum kopi berlebihan, dan yang paling parah adalah tidak sholat. Kalau ada sebuah postingan di media sosial, berapa gajimu sampai kau tinggalkan sholat? Nah, upah tukang batu itu berapa? Apakah sampai miliaran rupiah hingga meninggalkan sholat? Kan tidak toh? Toh tidak ‘kan? Cuma dibolak-balik saja ini.
Kehadiran tukang batu untuk membangun rumah ini memang sangatlah membantu. Dan, untuk bekerja dengan batu-batu ini membutuhkan skill. Membutuhkan jam terbang, meskipun mereka tetap berada di daratan, tidak sampai terbang seperti pilot. Dan, tentu saja membutuhkan stamina, karena pekerjaan mereka tidak duduk terus-menerus seperti hampir semua pegawai dan karyawan.
Jika kita ada rezeki lebih, bisa diberikan makanan di luar upah mereka. Tentu saja, mereka akan lebih senang. Mudah-mudahan dari situ, hidayah bisa datang kepada mereka. Bisa saja ‘kan mereka nantinya jadi kader yang militan. Toh, untuk kerja fisik saja mereka tahan, apalagi untuk kerja dakwah. Wuih, mantap!
Perumpamaan Batu yang Lain
Dari segi ukurannya, ada batu yang kecil, sedang, maupun besar. Jika memang orangnya bertubuh kuat, maka bisa mengangkat batu yang lebih besar. Selain itu, mampu memindahkan batu dari tempat satu ke tempat lainnya.
Namun, ada yang lebih berat kaitannya dengan memindahkan batu ini, terutama bagi orang munafik. Apakah itu? Rupanya, kata Abu Jauza’ rahimahullah dalam kitab Hilyatul Auliya’ 3/80, beliau menyebutkan:
Memindahkan batu bagi orang munafik lebih ringan daripada membaca Al-Qur’an
Kalau membaca kalimat tersebut, menurut logika kita, lebih ringan membaca Al-Qur’an, karena hanya duduk bersila, membuka mushaf Al-Qur’an, lalu mulai membaca. Akan tetapi, orang munafik tidak bisa seperti itu. Jiwa mereka memang pada dasarnya ingkar, durhaka, dan tidak mau taat kepada Allah. Mungkin mereka akan mengaji ketika dilihat orang atau ada tujuan riya’. Sedangkan, jika tidak dilihat, mereka akan kembali memusuhi Islam.
Semoga kita terlindung dari sifat munafik dan tidak menjadi orang munafik. Yuk, mari kita lebih cinta membaca Al-Qur’an karena sebentar lagi akan datang Insya Allah bulan suci Ramadhan, bulannya Al-Qur’an.
Waallahu ‘alam bisshawab.