Kebahagiaan di Balik Musibah: Pelajaran Berharga dari Taklim Wahdah Islamiyah Bombana

kebahagiaan-di-balik-musibah-catatan-taklim-wahdah-islamiyah-bombana

Bagaimana menemukan kebahagiaan di tengah musibah? Mengapa Allah memberi musibah kepada hamba-Nya? Bagaimana cara berdamai dengan musibah menurut Islam? Tiga pertanyaan tersebut memang perlu dicari jawabannya.

Masih ada pertanyaan lagi, yaitu: apa hikmah musibah yang sering tidak disadari? Dan, bagaimana musibah sebagai jalan naik derajat?

Musibah sering dimasukkan ke dalam sesuatu yang buruk. Seperti yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat belum lama ini.

Banjir bandang menyerang tiga provinsi tersebut. Menghanyutkan rumah, sekolah, tempat ibadah, kebun, sawah, bahkan satu desa lenyap, seperti Desa Garoga di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Sedih, sudah pasti. Menangis, manusiawi memang iya. Rasa kehilangan harta, keluarga, mata pencaharian, sangat jelas muncul di hati. Namun, kok bisa di balik itu ada kebahagiaan bagi kita sesama muslim?

Bermacam pertanyaan mulai dari awal tulisan ini diungkapkan dalam taklim malam Rabu atau Selasa hari ini (16/12/2025), bada Maghrib, di Masjid An-Nur, kompleks Pondok Pesantren Al-Wahdah Bombana Putri, Kelurahan Lauru, Kecamatan Rumbia Tengah.

kebahagiaan-di-balik-musibah

Kebahagiaan Dimulai dari Sini

hikmah-di-balik-musibah

Ustaz Akbar, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Wahdah Islamiyah (WI) Bombana, pembicara utama dan tunggal, mengungkapkan di awal taklim dengan tema “Kebahagiaan di Balik Bencana” tersebut.

Beliau mengatakan bahwa yang hadir taklim, itu dikehendaki oleh Allah untuk masuk ke dalam surga.

“Jika kita hadir di majelis ilmu, maka Allah menghendaki kita masuk surga. Banyak orang yang menghendaki untuk masuk surga, tetapi belum tentu sesuai dengan kehendak Allah.”

Baca Juga: Mencari Keridhoan Allah Menurut Ibnul Qayyim Rahimahullah

Dari kejadian bencana atau musibah yang terjadi, mari kita ingat firman Allah dalam Surah Al-Hadid ayat 22-23:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَل مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ23

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid ayat 22-23).

Pada dasarnya, musibah itu adalah takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Membaca dan merenungkan dua ayat di atas, tujuannya agar manusia tidak berputus asa, karena semuanya memang sudah ditakdirkan oleh Allah.

Allah memberikan musibah itu agar manusia tidak terus berada dalam kegembiraan dan kelalaian. Dan, Allah tentu saja tidak menyukai orang-orang yang berbangga diri dan sombong.

“Ketika musibah datang, jangan berburuk sangka kepada Allah. Sudah rajin sholat, sudah rajin berdoa, tetapi kok tetap kena musibah?” ujar Ustaz Akbar.

Disegerakan di Dunia

kebahagiaan-di-balik-musibah-2

Ketika kita merenung lagi, jika Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, maka justru akan disegerakan balanya di dunia ini. Penjelasan dari Ustaz Akbar,

“Banyak sekali yang harus disyukuri karena bala di dunia ini. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba, maka Allah akan menahan balasannya di dunia ini, tetapi akan disiapkan balasannya nanti di akhirat.”

Melihat skala musibah atau bencana yang terjadi, meskipun terlihat dan terasa besar di dunia ini, tetapi itu masih lebih kecil dibandingkan pembalasan terhadap dosa-dosa kita.

“Jangan merasa ketika sudah kena musibah, lalu merasa dosa-dosanya langsung hilang, tidak. Musibah masih lebih kecil dibandingkan balasan dosa,” kata Ustaz Akbar berikutnya.

Kalau Allah betul-betul membalas dosa manusia di dunia ini, maka niscaya tidak ada yang tersisa makhluk hidup di sini. Bahkan, hewan melata pun akan terkena.

“Kata Imam Syafi’i, dosa zina bisa mempengaruhi hewan di dalam rumah,” lanjut Ustaz Akbar.

Mempertahankan Hidayah

taklim-wahdah-islamiyah-bombana

Dari membahas hikmah di balik musibah, Ustaz Akbar beralih sedikit ke bagian hidayah, utamanya mempertahankan hidayah bagi seorang hamba. Mendapatkan hidayah juga termasuk hikmah dari adanya musibah.

Ada seorang yang diceritakan Ustaz Akbar, dia ingin bertaubat setelah kena musibah. Dia ingin melakukan ibadah lebih rajin. Namun, nasihat dari Ustaz Akbar untuknya,

“Cara mempertahankan hidayah adalah dengan bergabung pada majelis ilmu.”

Dari kejadian yang dialami seseorang tersebut, maka hikmah yang bisa diambil,

“Kalau kita dapat nasihat dari orang lain, maka berterima kasihlah. Jangan mengatakan, ‘Ini kan urusan saya. Mau masuk neraka juga urusan saya’. Soalnya, kalau kita berbuat dosa, orang lain juga bisa kena juga akibatnya,” terang Ustaz Akbar.

Baca Juga: Antara Memindahkan Batu dan Membaca Al-Qur’an Bagi Orang Munafik

Gangguan kita dalam berdakwah kepada orang lain memang tidak sekeras gangguan pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau mendapatkan gangguan fisik, lisan, dan lain sebagainya.

Ketika nabi kita masih hidup, maka Allah tidak akan menurunkan azab. Meskipun demikian, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat tidak merasa aman sama sekali dari azab Allah, bahkan mereka senantiasa khawatir.

Seperti ketika ada gerhana, mengira bahwa itu mukadimah datangnya azab dari Allah.

Ada dua tanda waktu bencana bisa dikategorikan sebagai azab Allah. Menurut Ustaz Akbar,

“Ketika datangnya malam hari saat orang tidur dan di waktu Dhuha ketika manusia sibuk dan lalai.”

Jangan Bakhil Berdoa

masjid-an-nur-pondok-pesantren-al-wahdah-bombana

Kebahagiaan di balik musibah, cara menyikapi musibah menurut Islam, pelajaran dari musibah kehidupan, ujungnya adalah keimanan kita diuji melalui musibah.

“Jangan pernah bakhil berdoa untuk saudara-saudara kita yang terkena musibah karena doa itu akan kembali kepada kita,” nasihat Ustaz Akbar.

Terkait banyaknya relawan yang tiba di Sumatera, bahkan dari Wahdah Sulawesi Selatan dan daerah-daerah lain, mereka tetap mendapatkan keutamaan pahala dan amal, sebagaimana diungkapkan oleh Ustaz Akbar,

“Barang siapa yang melepaskan kesulitan orang lain, maka Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat. Dan, barang siapa yang memudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkannya juga.”

Melihat bantuan yang sudah banyak masuk, Ustaz Akbar mewanti-wanti hadirin majelis ilmu ini,

“Jangan mengatakan sudah banyak yang bantu atau pemerintah sudah bantu, tetapi kita melihatnya dari sudut pandang bergembira karena banyak peluang pahala dari musibah mereka.”

Baca Juga: Mencela Makanan, Ternyata Sama Saja dengan Ghibah

avatar for Rizky Kurnia RahmanRizky Kurnia Rahman

Ketua Departemen Media, Komunikasi, dan Humas (Medikomhum) DPD WI Bombana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *