Biasanya, dalam postingan tentang ta’lim, dicantumkan kata “Ta’lim Spesial”. Namun, untuk kali ini, memang benar-benar spesial, karena pematerinya adalah ustaz yang tiba dari luar negeri. Wah, siapakah beliau?
Mengambil tema “Ke Mana Kita Melangkah?” Ya, pertanyaan tersebut, kira-kira bisa kita jawab? Untuk jawaban lengkapnya, ada di ta’lim yang berlangsung di Masjid Jami’ Al-Muhajirin, BTN Pasir Putih, Kelurahan Kasipute, Kecamatan Rumbia.
Ta’lim tersebut berlangsung kemarin, Rabu (2/7/2025), dimulai dari ba’da Maghrib. Ini sekitar pukul 18.15 WITA. Sebagaimana yang saya tulis di judul, ustaz yang mengisi kali ini menempuh pendidikan S2 jurusan Ushul Tarbiyah Islamiyah, Universitas Islam Madinah. Beliau adalah Ustaz Syahrul Bardin, SH, Lc. Melihat gelarnya saja, Insya Allah, pemaparannya sudah termasuk luar biasa.
Bicara Tentang Raker
Umumnya, dalam setiap kantor atau instansi, baik itu instansi pemerintah maupun swasta, ada yang namanya raker atau rapat kerja. “Ada raker pekanan, bulanan, itu sebagai evaluasi sebelum dan setelahnya. Seharusnya untuk urusan akhirat, ada juga evaluasi harian, bulanan, tahunan. Orang-orang sholeh zaman dahulu selalu evaluasi dulu sebelum tidur. Apakah ada dosa? Bagaimana dengan ibadahnya? Apakah lebih baik atau justru berkurang?” ujar Ustaz Syahrul.
Beliau mengambil dalil sebagai berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Surat Al-Hasyr Ayat 18)
Hari esok yang dimaksud dalam ayat mulia ini adalah hari setelah kematian menjemput kita dan saat bertemu dengan Allah, demikian penjelasan dari ustaz yang juga berdomisili di Kecamatan Poleang ini.
Ustaz Syahrul juga mengambil perkataan dari Umar bin Khattab radhiyallahu anhu, “Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal.”
Perkataan yang mulia juga dikutip Ustaz Syahrul dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, “Hari di dunia adalah untuk beramal dan tidak ada hisab. Sedangkan di akhirat, tidak ada amal dan cuma ada hisab.”
Sering Lupa
Sudah menjadi sifat manusia yang sering lupa. Kata Ustaz Syahrul, “Manusia itu sering lupa, bahkan untuk urusan dunia. Makanya, nasihat itu perlu dan diulang-ulang. Hadist Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, perbanyak mengingat pemutus kelezatan, yaitu: kematian. Supaya kita tidak lalai dengan dunia.”
Tentang tujuan akhir, seperti yang ada kaitannya dengan tema ta’lim kali ini, beliau melanjutkan, “Apa tujuan akhir yang ingin kita tuju? Apa target yang ingin dicapai? Ini sebagaimana dalam akhir Surah Ali Imran, siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, niscaya dia beruntung.”
Selain dari Al-Qur’an, dalil yang dikemukakan selanjutnya oleh Ustaz Syahrul adalah mengutip hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Semua umatnya akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Kalau ditanya setiap orang ingin masuk surga, pasti jawabannya mau.”
Transit Terlebih Dahulu
Perjalanan jauh disinggung pula oleh alumnus STIBA Makassar yang sekarang menjadi IAI STIBA Makassar ini. “Kalau kita naik pesawat, misalnya dari Kendari ke Jakarta, transit dulu di Makassar. Umat Nabi ada yang seperti itu, tidak langsung masuk surga, tetapi transit dulu di neraka. Kita maunya langsung ke surga. Surga ini hanya untuk orang yang bersih jiwanya. Makanya, ketika masuk surga, hati kita dibersihkan oleh Allah, dihilangkan sifat iri dan dengki.”
Agar bisa mendapatkan surga, tidak cukup hanya dengan berkhayal dan bermimpi, sebagaimana para penyair dan penyuka puisi. “Kita bisa melihat contoh dari manusia terbaik, yaitu: Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau dijamin masuk surga, diampuni segala dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Jika ada dosa, langsung diputihkan. Contohnya, ada pemutihan pajak kendaraan, seperti itulah ibarat pada diri Nabi. Namun, dengan kondisi begitu, apakah beliau cuma duduk saja? Cuma menunggu mati? Ternyata tidak. Bahkan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beribadah luar biasa. Kata Aisyah, sholat malam Nabi sampai bengkak kakinya.”
Perbandingan tersebut dikembalikan kepada hadirin. Ustaz Syahrul memberikan perumpamaan, “Jika ada di antara kita yang diberitahu dijamin akan masuk surga, maka mungkin dia akan datang saja sholat berjamaah di masjid. Lainnya, santai-santai saja.”
Realitas, Contoh dari Manusia Biasa
Mungkin ada yang berpandangan, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bisa seperti itu karena memang nabi. Menanggapi hal ini, ujar Ustaz Syahrul, “Kita bisa melihat selain Nabi. Contohnya Abu Bakar. Nabi biasanya mengecek para sahabatnya setelah sholat Subuh. Bagi yang tidak hadir, apakah sakit atau termasuk golongan orang munafik? Meskipun mereka sakit keras, tetapi para sahabat sampai memaksakan diri untuk hadir sholat berjamaah di masjid.”
Lanjut beliau, “Ketika dikumpulkan para sahabat, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, ‘Siapa yang sholat Tahajjud? Siapa yang mengiringi jenazah? Awalnya banyak sahabat yang mengangkat tangan. Namun, Abu Bakar mengangkat tangannya terus.”
Memanfaatkan Kesempatan
Ustaz Syahrul memberikan nasihat untuk jangan menyia-nyiakan kesempatan. “Jangan sampai tergoda setan, misalnya ada kesempatan bersedekah, tidak dimanfaatkan. Dalam Surah As Shaff, orang yang berpaling dari Allah adalah orang yang mengabaikan kesempatan. Dan, ini sangat berbahaya.”
Beliau mengungkapkan lagi, “Beribadah kepada Allah, sebelum datangnya fitnah. Pagi hari beriman, sore harinya sudah kafir.”
Selain bicara tentang kesempatan, Ustaz Syahrul juga berbicara tentang kenikmatan. “Nikmat keamanan, ini yang harus disyukuri. Masjid ini luar biasa. Para sahabat dahulu sholat di atas pasir. Bayangkan panasnya di Arab Saudi. Suhunya bisa sampai 50 derajat. Meskipun demikian, mereka berlomba untuk shaf pertama di masjid.”
Nikmat keamanan di negeri ini memang berbeda dengan di negeri lain, seperti di Yaman dan Iran. “Mereka mau keluar sholat saja masih dilanda ketakutan. Selain itu, bersyukur juga nikmat sehat dan waktu luang.”
Bulan Muharram adalah awal bulan di tahun Hijriyah. Saran dari Ustaz Syahrul, “Pasang target hari ini, misalnya bacaan Al-Qur’an kita. Berdoa agar tahun ini lebih baik daripada tahun lalu. Usahakan sedekah setiap hari, apalagi di pagi hari, karena di waktu itu ada malaikat yang mendoakan.”
Sesi Diskusi atau Tanya Jawab
Sebelum adzan Isya dan sebelum Ustaz Syahrul menutup ta’limnya, tiba-tiba ada jamaah yang bertanya. “Kalimat ‘innalilahi wa inna ilahi rojiun‘. Kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Lalu, bagaimana hubungannya dengan kita akan kembali ke surga nanti?”
Jawab Ustaz Syahrul, “Kalimat istirja’ itu tidak bertentangan dengan kita kembali kepada Allah dan kita masuk ke dalam surga. Karena cuma di surga nanti, kita akan melihat Allah. Penduduk neraka tidak bisa, ada hijab yang menutupi.”
Perbandingan antara bisa melihat Allah dengan di dunia ini, dijelaskan lebih lanjut oleh beliau, “Contoh kita bisa melihat Imam Masjidil Haram, Syekh as Sudais yang sholat di sini. Selama ini kita cuma lihat di televisi, radio, HP, kemudian benar-benar bertemu, apa perasaan kita? Contohnya artis datang, ada yang bersalaman, minta foto, lalu bagaimana saat kita benar-benar melihat Allah?”
Pertanyaan kedua tentang Iran yang menyerang Israel. Iran, sebagaimana yang dikatakan oleh Ustaz Felix Siauw, adalah Syiah. Mereka berperang untuk membela dirinya sendiri. Sedangkan Buya Yahya, berpendapat Iran berperang membela Palestina. Bagaimana menyikapinya?
Pada pertanyaan yang kedua ini, jawaban Ustaz Syahrul sebagai berikut, “Jawaban para ustaz berbeda pandangan, tetapi kita mengambil yang pertengahan. Iran tampaknya membela Palestina, tetapi satu sisi Iran membantai kaum muslimin. Bagaimana sikap kita antara Iran dan Israel ini? Kaidah dalam agama kita, senang jika musuh Islam itu dilemahkan oleh yang lainnya. Negara-negara itu tidak diungkapkan semua alasan mereka karena geopolitik itu cukup rumit. Orang Israel itu dilemahkan Iran, makanya kita senang. Sebagaimana dalam Al-Qur’an, bangsa Romawi dikalahkan oleh bangsa Persia.”
Sumber:
https://tafsirweb.com/10816-surat-al-hasyr-ayat-18.html
https://tafsirweb.com/10816-surat-al-hasyr-ayat-18.html
https://shahihfiqih.com/hisablah-diri-kalian-sebelum-kalian-dihisab/
https://rumaysho.com/2822-kematian-yang-kembali-menyadarkan-kita.html
https://tafsirweb.com/1317-surat-ali-imran-ayat-185.html