Momen kegiatan Semarak Dzulhijjah di Masjid Fastabiqul Khairat, Lampopala 1, Kelurahan Lampopala, Kecamatan Rumbia, berlangsung kemarin, Senin (26/5/2025). Dimulai dari bada Maghrib. Pembicara pertama adalah Ustaz Akbar Jabba, S.Pd.I.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Wahdah Islamiyah (WI) Bombana ini mengungkapkan realita bahwa kaum muslimin lebih menghidupkan bulan suci Ramadan dibandingkan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Padahal, bulan haram tersebut juga termasuk mulia.
Mengenai ibadah di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, Ustaz Akbar menasihatkan untuk peduli pada ibadah yang satu ini. “Jangan lewatkan puasa 9 Dzulhijjah, karena bisa menghapus dosa dua tahun.”
Kurban itu Wajib atau Sunnah?
Beberapa pendapat ulama tentang ibadah kurban disampaikan Ustaz Akbar. “Imam Malik mengatakan kurban itu wajib. Begitu juga Imam Abu Hanifah. Syekh Utsaimin mengatakan wajib bagi yang mampu. Kalau ada perintah kurban di dalam Al-Qur’an, seperti di Surah Al-Kautsar, maka itu wajib.”
Beliau melanjutkan, “Ada semacam ancaman dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, jika punya kelapangan, tetapi tidak mau berkurban, maka jangan dekati tempat sholatku. Namun, pada intinya kurban itu tidak wajib, tetapi sunnah muakkad.”
Hukumnya sunnah, tetapi sering tidak dipedulikan kaum muslimin. Hal ini digambarkan beliau, “Kalau untuk kepentingan ibadah, merasa tidak mampu. Sedangkan kalau kepentingan dunia, bahkan dengan berutang.”
Ibadah Keluarga
Ibadah kurban ini adalah ibadah keluarga. Penjelasannya oleh Ustaz Akbar, “Cukup kepala keluarga yang berkurban. Semua anggota keluarga Insya Allah dapat pahala.”
Selain membahas tentang kurban, Ustaz Akbar juga mengungkapkan kemuliaan bulan Dzulhijjah. “Bulan Dzulhijjah ini mulia karena cuma di bulan ini disyariatkan haji. Tempatnya pun di Arab Saudi. Dan, inti dari haji adalah wukuf di Arafah. Kalau tidak sampai wukuf Arafah, maka belum terhitung haji.”