Tabligh Akbar Ramadan 1446 Hijriyah tahun ini mengambil tema Bersama Berbagi Bahagia. Dilaksanakan pada hari Ahad (23/2/2025), dimulai sekitar pukul 08.00 WITA, secara offline dan online alias hybrid. Dalam tulisan ini akan merangkum penyampaian dari Ustaz Yusran, tentang kegembiraan menyambut Ramadan.
Ustaz Dr. K.H. Muhammad Yusran Anshar, Lc, MA, beliau juga sebagai Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah, menyampaikan tausyiah sebelum giliran Ustaz Dr. K.H. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA, Pemimpin Umum Wahdah Islamiyah. Ustaz Yusran ketika berbicara tentang kegembiraan menyambut Ramadan, beliau menjelaskan tentang tiga jenis kegembiraan.
Kegembiraan yang pertama adalah kegembiraan dengan syariat Islam. Hal ini berdasarkan dalil dalam Surah Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Artinya: Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Ustaz Yusran menasihatkan untuk jangan merasa biasa saja dengan datangnya bulan suci Ramadan karena datang tiap tahun. Menurut Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu mengatakan tentang “fadhlullah” yang berarti adalah Al-Qur’an dan menjadikan kita sebagai ahli Al-Qur’an. Makanya, kita pantas bergembira.
Kegembiraan yang kedua adalah karena sifat alamiah manusia alias manusiawi. Ini sifatnya duniawi, misalnya: gembira karena melahirkan anak, naik jabatan, tambah harta, dan lain sebagainya. Disebutkan dalam Al-Qur’an, Surah Asy Syura ayat 48:
فَإِنْ أَعْرَضُوا۟ فَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا ۖ إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ۗ وَإِنَّآ إِذَآ أَذَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِنَّا رَحْمَةً فَرِحَ بِهَا ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌۢ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَإِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ كَفُورٌ
Artinya: Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami menjadikan manusia merasa sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat).
Kegembiraan duniawi ini sifatnya boleh-boleh saja. Namun, perlu diingat, kegembiraan semacam ini mesti dimanfaatkan untuk mencari rida Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dan, yang ketiga adalah kegembiraan yang dimurkai Allah. Gembira ini maksudnya yang disertai dengan kesombongan dan keangkuhan. Contoh dari kegembiraan ini adalah kisah Qarun. Dia begitu berbangga dengan harta duniawi, tetapi akhirnya dimurkai oleh Allah karena kesombongannya. Dia ditenggelamkan ke dalam bumi. Dalil tentang Qarun ini ada di Surah Al Qashash ayat 76:
۞ إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ مِنَ ٱلْكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلْعُصْبَةِ أُو۟لِى ٱلْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُۥ قَوْمُهُۥ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْفَرِحِينَ
Artinya: Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.”
Kaitannya dengan bulan Ramadan, kegembiraan yang bisa masuk dalam kategori ini adalah gembira karena hanya ingin makan makanan yang tidak ada di bulan lain dan memang cuma ada di bulan suci Ramadan. Selain itu, gembira karena di bulan suci Ramadan, bisnisnya bisa meningkat. Bahkan, orang kafir pun menikmati datangnya Ramadan karena faktor duniawi.
Hadits Palsu
Ada sebuah kalimat yang sering kita dengar di ceramah-ceramah Ramadan, yaitu: “Barangsiapa yang bergembira dengan datangnya Ramadan, maka Allah akan haramkan jasadnya dari api neraka.”
Kalimat tersebut bukanlah hadits dan sama sekali tidak bisa disandarkan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dr. Lutfi Fathullah, ulama yang meneliti hadits dan sekarang telah meninggal menyimpulkan kalimat tersebut tidak ada sumbernya dari nabi dan dihukumi hadits palsu.
Alasan Harus Bergembira dengan Datangnya Bulan Suci Ramadan
Ada beberapa alasan seorang muslim harus bergembira ketika datang bulan suci Ramadan, yaitu:
- Kita telah diberi nikmat untuk bertemu dengan Ramadan. Mari kita berprasangka baik kepada Allah bahwa usia kita masih bisa bertemu dengan bulan yang sangat mulia tersebut. Orang-orang yang sudah meninggal dunia, mereka berharap bisa bertemu dengan bulan suci Ramadan. Bahkan, ketika diberikan kesempatan untuk hidup kembali, akan mereka gunakan untuk beribadah, meskipun cuma sholat dua rakaat. Disebutkan dalam sebuah hadits:Abu Hurairah رضي الله عنه telah berkata:”Rasulullah صلى الله عليه و سلم melewati sebuah kuburan, lalu beliau bertanya, “Siapa penghuni kuburan ini ?” Mereka lalu menjawab, “Ini kuburannya si Fulan”. Lantas Rasulullah ﷺ bersabda: “Shalat dengan dua rakaat lebih dia cintai, daripada apa-apa yang tersisa dari dunia kalian” (HR. Ath-Thabraaniy, Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 391).
- Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kegembiraan, yaitu: gembira saat berbuka puasa. Sebagian ulama berpendapat bahwa itu maksudnya di akhir Ramadan. Sedangkan kegembiraan satunya adalah berjumpa dengan Allah karena memang berpuasa karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
- Ada waktu khusus untuk Al-Qur’an di bulan suci Ramadan ini. Al-Qur’an dan puasa akan menjadi syafaat bagi seorang hamba. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda,
ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ
“Amalan puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya.’ Dan Al-Qur’an berkata, ‘Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya.’ Maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” [HR. Ahmad, Shahih At-Targhib: 1429]
- Kesempatan untuk pengampunan dosa di bulan suci Ramadan. Allah mengajak kita dua ajakan saja, yaitu: ampunan dan surga. Tiga amalan yang bisa mendatangkan ampunan Allah, yaitu: puasa, sholat tarawih, dan malam Lailatul Qadr. Namun, janji diampuni oleh Allah di dalam bulan suci Ramadan ini belum tentu didapatkan oleh semua orang. Ada yang setelah bulan suci Ramadan pamit dan berlalu, masih menyisakan dosa yang cukup banyak.
- Gembira karena di bulan suci Ramadan paling tidak ada empat kemuliaan, yaitu: ketika di awal Ramadan, terjadi perubahan besar-besaran di langit. Setan-setan dibelenggu, jin-jin jahat tidak bisa lagi berkutik. Tujuh pintu neraka ditutup, delapan pintu surga dibuka, dan ada malaikat yang memanggil kepada para perindu kebaikan untuk menyambut Ramadan ini dan meninggalkan perbuatan dosa di bulan Ramadan.
- Gembira karena ada keutamaan umrah di bulan suci Ramadan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bertanya pada seorang wanita,
مَا مَنَعَكِ أَنْ تَحُجِّى مَعَنَا
“Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji bersama kami?”
Wanita itu menjawab, “Aku punya tugas untuk memberi minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya –ditunggangi suami dan anaknya-. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Lantas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ
“Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari no. 1782 dan Muslim no. 1256).
Dalam lafazh Muslim disebutkan,
فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً
“Umrah pada bulan Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Muslim no. 1256)
Dalam lafazh Bukhari yang lain disebutkan,
فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى
“Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863).
- Gembira bisa menjadi orang yang bertakwa karena puasa di bulan suci Ramadan.
- Gembira karena di bulan suci Ramadan ada malam Lailatul Qadr.
Begitu banyaknya keutamaan di bulan suci Ramadan, semestinya kita memang bergembira menyambut bulan yang agung tersebut. Wallahu ‘alam bisshawab.
Aneka sumber:
https://tafsirweb.com/9138-surat-asy-syura-ayat-48.html
https://tafsirweb.com/3332-surat-yunus-ayat-58.html
https://tafsirweb.com/7126-surat-al-qashash-ayat-76.html