Penyampaian Materi Tarbiyah dalam Tarbiyah Camp, Mengambil Keteladanan dari Kisah Ka’ab bin Malik

Penyampaian Materi Tarbiyah dalam Tarbiyah Camp, Mengambil Keteladanan dari Kisah Ka’ab bin Malik

Tarbiyah Camp yang diadakan oleh Dewan Pengurus Daerah (DPD) Wahdah Islamiyah (WI) Bombana selain menjadi arena kumpul para ikhwan, juga diisi dengan siraman rohani atau taklim. Apa saja yang disampaikan?

Kegiatan yang diadakan di Pantai Widodo, Desa Lora, Kecamatan Mataoleo, berlangsung dari tanggal 30 April hingga 1 Mei 2025. Malam hari, setelah tarbiyah masing-masing halaqah, disambung dengan taklim oleh Ketua DPD WI Bombana, Ustaz Akbar Jabba.

Kumpul Sambil Makan

kaab-bin-malik-4

Pada awal taklim Ustaz Akbar, beliau menyampaikan tentang nikmat. “Berkumpul bersama sambil makan itu memang nikmat. Pernah di rumah sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu makan bersama. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga pernah disuguhi makanan oleh sahabat, lalu beliau mendoakannya.”

Berkumpulnya ikhwan yang tergabung dalam DPD WI Bombana ini berisi juga tentang pelajaran. Kata Ustaz Akbar, “Berkumpulnya kita ini ada satu pelajaran yang dirasakan oleh nabi dan para sahabatnya ketika pergi berjihad. Sebelum tiba di medan jihad, tentu melewati perjalanan yang cukup jauh.”

Kisah Perang Tabuk

kaab-bin-malik-3

Bicara tentang perang, pasti ada sangkut-pautnya dengan panglima perang sebagai pemimpin tertinggi pasukan. Ustaz Akbar menyebutkan, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah jadi panglima sebanyak 27 kali. Perang Tabuk termasuk yang paling sulit. Selain jauh, juga waktu itu saat musim panas. Tabuk terletak antara Madinah dan Syam, lebih jauh daripada Madinah dan Mekkah. Madinah dan Mekkah saja sekitar 400 kilometer.”

Lanjut beliau lagi, “Yang ikut Perang Tabuk hanya yang punya kendaraan. 18 orang sahabat dalam satu unta, mereka bergantian naik unta.”

Bagaimana Perang Tabuk ini bermula? Ustaz Akbar menjelaskan, “Ada mata-mata kaum muslimin, Hercules, Kaisar Romawi, mau menyerang kaum muslimin. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memutuskan keluar ke Tabuk, tidak bisa di Madinah, karena di Madinah banyak perempuan.”

Donasi atau infaq dari para sahabat termasuk luar biasa. Disebutkan beliau, “Ustman bin Affan berinfaq 1.000 dinar, ini sekitar 5 miliar rupiah. Juga ditambah dengan 300 ekor unta dengan perlengkapannya, artinya unta siap pakai.”

Infaq lain, kata beliau, “Umar membawa seperdua hartanya. Umar mengatakan bahwa kali ini akan mengalahkan Abu Bakar. Datang Abu Bakar, beliau menyerahkan semua hartanya. Yang ditinggalkan untuk keluarganya adalah Allah dan rasul-Nya. Umar merasa tidak bisa mengalahkan Abu Bakar dalam hal kebaikan.”

Perjalanan ke Tabuk termasuk berat, artinya kata Ustaz Akbar, “Perjalanan sangat jauh. Kurma yang menjadi bekal cuma dihisap, jangan dimakan.”

Masih tentang Perang Tabuk ini, 3 sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang tidak ikut. “Mereka adalah Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayyah, Murarah bin Rabi’. Ka’ab sempat ikut perjalanan, tetapi tidak jadi pergi. Dia mau pergi, tetapi mau panen kurma.”

Rombongan kaum muslimin seperti itu, lalu bagaimana respon Hercules? Ujar Ustaz Akbar, “Hercules mengetahui semangat kaum muslimin, ternyata Romawi jadi ciut. Mengetahui perang tidak jadi, sahabat tidak ada yang protes. Allah memang tidak menyampaikan wahyu kalau orang Romawi bakal mundur.”

Perbandingan dengan Sekarang

Kondisi yang dialami Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya dengan kondisi sekarang memang sangat berbeda. “Kita bersyukur ada terpal, gazebo, lampu. Beda dengan mereka para sahabat yang tidak mempersiapkan untuk hujan, kecuali badai pasir. Mereka biasanya untuk tidur, cuma di atas pasir.”

Ustaz Akbar mengulik lagi tentang Perang Tabuk. “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika bertemu Ka’ab, beliau bermuka masam. Karena Ka’ab selalu ikut perang bersama nabi, kecuali perang Badar dan Tabuk ini. Tiga sahabat yang tidak ikut Perang Tabuk itu diboikot.”

Bagaimana bentuk boikotnya? Menurut yang disampaikan ustaz lulusan Sekolah Tinggi Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar ini, “Selama 40 hari, taubat tiga sahabat itu belum diterima. Lalu ada utusan nabi yang menyuruh Ka’ab untuk berpisah dengan istrinya. Ka’ab bertanya, apakah diceraikan atau berpisah saja? Utusan tersebut mengatakan bahwa Ka’ab disuruh menjauhi istrinya, lalu istrinya pun dipulangkan ke rumah orang tuanya.”

Hasil yang menggembirakan rupanya dialami oleh Ka’ab dan dua sahabat lainnya, ini dikatakan Ustaz Akbar, “Pada hari ke-50, mereka diampuni. Thalhah bin Ubaidillah adalah yang berdiri menyambut Ka’ab saat Ka’ab akan memasuki Masjid Nabawi. Thalhah adalah orang Muhajirin.”

Tentang Jihad

kaab-bin-malik-2

Tidak lupa ustaz yang juga seorang pengusaha travel umrah ini menyebutkan tentang jihad. Lengkapnya ujar beliau, “Berjihad memang membutuhkan izin dari pemerintah. Jihad memang tidak mudah, apalagi bergabung dengan pasukan mujahidin Palestina. Syarat pertama untuk bergabung dengan mereka adalah hafal 30 juz.”

Terkait Hamas, Ustaz Akbar memberikan bantahan terhadap fitnah yang selama ini beredar, “Hamas bukan bentukan Syiah, tetapi jika bentukan Ikhwanul Muslimin bisa jadi.”

Jihad ini memang bisa menyatukan kaum muslimin. “Ini seperti yang terjadi saat zaman Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau mengumpulkan kaum muslimin dari berbagai latar belakang untuk menghadapi pasukan Mongol.”

avatar for Rizky Kurnia RahmanRizky Kurnia Rahman

Ketua Departemen Media, Komunikasi, dan Humas (Medikomhum) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Wahdah Islamiyah Bombana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2025 wahdahbombana.or.id