Menyangkut Mendidik Anak, Ternyata Ketangguhan Anak Bisa Disamakan dengan Ketangguhan Barang

mendidik-anak-cover

Siapa yang bilang bahwa anak itu disamakan dengan barang? Tentu saja keduanya berbeda. Anak itu makhluk hidup, sedangkan barang adalah benda mati. Tapi, ternyata ada yang mirip, lho!

Saya baru tahu tentang kaidah itu dari sedikit video dr. Aisah Dahlan di YouTube. Tokoh yang punya peranan dalam rehabilitasi narkoba ini mengatakan bahwa antara anak dan barang memang ada hubungannya dengan zaman.

Cerita Masa Lalu

ketangguhan-anak-1

Beliau mengisahkan zaman dahulu waktu masih kecil, ketika ada TV rusak. Orang tuanya memberikan saran untuk memukul TV itu saja.

Dan, ternyata memang efektif! TV yang mungkin awalnya gambar penuh “semut”, menjadi terang kembali atau berwarna kembali, yah, meskipun warnanya tetap hitam putih, sih.

Jika dipukul atasnya tidak berhasil, orang tua beliau menyarankan untuk memukul di bagian samping kiri dan kanan. Rupanya, masih efektif juga. TV kembali berjalan normal. Ini bukan karena TV-nya punya kaki terus jalan sendiri, lho, ya!

Dari analogi seperti itu, barang yang rusak langsung dipukul saja, terus jadi normal kembali, ternyata ada hubungannya dengan jiwa dan kepribadian anak pada saat itu.

Anak zaman dahulu tahan banting. Jika mereka nakal, pukulan dan tendangan pun tidak terlalu menjadi masalah. Tidak terlalu disimpan di dalam hati.

Saya teringat cerita bahwa kalau ada anak nakal di sekolah terus dipukul oleh gurunya, pas sudah sampai di rumah, eh, malah dipukul lagi oleh orang tuanya. Dobel hadiah, nih.

Namun, pukulan dan tendangan tersebut justru membuat si anak jadi lebih kuat. Dia tidak gampang mengeluh, dia tetap bertahan meskipun menghadapi guru maupun orang tua yang dirasa kolot.

Dan, ketika menginjak masa dewasa, kepribadian itu terbawa. Perjuangan mereka dalam menyekolahkan anak, meskipun terlihat pekerjaannya dianggap remeh oleh sebagian orang, nyatanya berhasil juga.

Keadaan Sekarang

mendidik-anak-4

Kalau sekarang bagaimana? Apakah metode pukulan dan tendangan itu efektif untuk menangani anak-anak? Jawabannya adalah tidak.

Jika anak-anak sering menerima pukulan dan tendangan, maka akibatnya akan sangat mengerikan. Dia akan simpan luka tersebut, lalu membalaskannya bisa ke mana-mana. Mungkin ke adiknya maupun temannya yang lebih lemah.

Selain itu, anak juga bisa membalas dengan perilaku yang lebih membuat miris. Anak bisa sampai membunuh orang tuanya sendiri karena sakit hati.

Hal ini juga dipicu oleh konten media sosial yang sering dikonsumsi si anak. Bisa mengacu dari berita-berita sebelumnya maupun dari konten game. Selain itu, dari konten yang isinya kata-kata kasar dan sama sekali tidak pantas ditiru.

Keadaan jiwa dan kepribadian anak jaman now itu juga cocok dengan kualitas barang yang ada. TV yang ada sekarang memang lebih tipis, meskipun lebih canggih. Namun, apakah ketika error, langsung dipukul, terus bisa normal kembali? Hem, justru yang ada malah tambah rusak.

Demikian pula dengan HP. Kalau HP zaman dahulu, lebih tahan baterainya. Sekali dicas, bisa tahan sampai berhari-hari.

Dibanting berkali-kali tidak masalah. Bahkan untuk melempar anjing pun bisa saja jika memang ada anjing mengganggu. Untungnya, anjing tidak bisa pakai HP. Kalau bisa pakai, pasti akan dibawa lari juga.

Nah, bagaimana dengan keadaan HP sekarang? Dari daya tahan baterai saja sudah lemah. Baru beberapa jam dipakai, sudah harus dichas lagi.

Malah ada yang sampai membawa powerbank demi terus mengisi baterai tersebut. Untungnya, tidak ada yang sampai bawa tiang listrik ke mana-mana, ya?

Pentingnya Ilmu Tentang Parenting

mendidik-anak-1

Mengacu kepada kondisi yang berbeda antara orang tua sekarang yang dahulunya adalah anak-anak tahan banting, pukulan, dan tendangan, dengan anak-anak sekarang yang terlihat lebih “lemah”, maka solusinya memang belajar parenting, belajar pendidikan anak.

Ilmu parenting ini biasanya memang diremehkan para orang tua, karena menurut mereka, mendidik anak itu mengalir begitu saja. Ibaratnya, air mengalir. Padahal, kalau asal mengalir, seperti di sungai itu, kotoran juga mengalir bukan? Entah kotorannya siapa itu.

Saya teringat perkataan salah satu pebisnis Indonesia, Dewa Eka Prayoga. Bisnis boleh gagal, kerja boleh gagal, tetapi untuk urusan mendidik anak, tidak boleh gagal. Ini yang berat, sebab peluang gagal memang selalu ada.

Perkembangan dunia pendidikan anak sudah sangat luar biasa. Aneka teori bermunculan di mana-mana. Akhirnya, malah bisa bikin bingung sendiri. Ya ‘kan?

Salah satu panduan parenting yang asyik, bisa orang tua dapatkan DI SINI. Nah, orang tua memang harus sadar bahwa sekarang adalah akhir zaman. Ada begitu banyak tempat pelarian bagi anak jika sampai diperlakukan seperti anak zaman dahulu.

Kalau pelariannya ke masjid, wah, Masya Allah. Namun, jika pelariannya ke tempat-tempat maksiat, Subhanallah. Apalagi jika berteman dengan anak-anak yang buruk, bisa lebih parah lagi.

Belajar parenting jaman now memang pada dasarnya sangat dinamis. Teori yang ada di buku bisa benar-benar berbeda ketika diterapkan. Terlebih, kondisi setiap orang tua dan anak memang berbeda bukan? Tidak sama kondisi keluarga yang satu dengan yang lainnya.

Lembaga Wahdah Islamiyah sudah mempunyai lembaga seperti Lembaga Pernikahan dan Pembinaan Keluarga Sakinah (LP2KS). Berbagai bentuk webinar, daurah sakinah, maupun taklim sakinah sudah banyak dilakukan. Belajar parenting, belajar mendidik anak, tentunya sesuai dengan ajaran Islam.

Ada satu panduan menjadi orang tua akhir zaman. Disebutnya cara mendidik sebelum mendidik. Wah, yang bagaimana itu? Nah, daripada bingung dan penasaran, bisa langsung saja dicek KE SINI.

mendidik-anak-3

Mari jadikan dunia mendidik anak ini menyenangkan. Meskipun ada begitu banyak capek, lelah, capek, dan lelah lagi, tetapi pada dasarnya anak adalah investasi masa depan.

Hal yang dimaksud dengan investasi masa depan itu memang jauh di depan, lebih di depan daripada iklan sepeda motor itu. Pasti tahu ‘kan? Masa depan tidak hanya di dunia, tetapi sampai di akhirat nanti.

Namun, bagaimana bisa mengembangkan investasi tersebut jika orang tua tidak punya peralatannya? Tidak punya barangnya?

Terlebih jika ada kekhawatiran mendidik anak malah salah, hingga melukai jiwa si anak. Kalau khawatirnya begitu, maka solusi ini mungkin akan membantu, simak langsung DI SINI.

Ditunggu tanggapanmu sebagai orang tua maupun pemerhati anak tentang urusan ketangguhan anak dan barang ini di kolom komentar di bawah, ya!

Semoga bermanfaat. Tetap semangat, meskipun semangka bentuknya memang masih bulat.

avatar for Rizky Kurnia RahmanRizky Kurnia Rahman

Ketua Departemen Media, Komunikasi, dan Humas (Medikomhum) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Wahdah Islamiyah Bombana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *