Mengisi Akhir Pekan Ini, Enaknya Ngapain, Ya?

Mengisi Akhir Pekan Ini, Enaknya Ngapain, Ya?

Kadang, saya berpikir tentang orang-orang yang tinggal di kota besar, semacam Jakarta dan sekitarnya. Tiap hari kerja, mereka selalu berkutat dengan yang namanya macet. Waktu pagi saat berangkat kerja dan sore hingga malam saat pulang kerja. Begitu terus keadaannya.

Sewaktu saya ada safar ke Jakarta, saya mengalami sendiri macet tersebut. Rasanya memang menyebalkan, sekaligus membosankan. Saya terjebak di dalam mobil taksi online, terjebak pula di antara kendaraan bermotor yang jalan perlahan-lahan, satu demi satu.

mengisi-akhir-pekan-1

Bagi mereka, menghadapi setiap hari semacam itu, tentu menimbulkan stres tersendiri. Apalagi ditambah dengan beban kerja yang berat. Urusan di kantor yang bejibun banyaknya. Belum lagi ditambah pola kerja, berangkat pagi saat anak-anaknya masih tidur dan pulang kerja saat anak-anak sudah tidur kembali. Terus, ketemunya kapan?

Problematika Kota Besar

Namanya kota besar, rata-rata problematikanya memang hampir sama. Kalau bukan macet, ya, banjir, kejahatan, dan tingkat stres yang tinggi seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Nah, ketika muncul problem seperti itu, yang dibutuhkan adalah penyegaran atau istilah kerennya adalah refreshing alias healing.

Healing semacam itu memang sangat penting demi mengendorkan urat syaraf setelah sepekan bekerja. Ditambah dengan kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga, dengan istri dan anak-anak. Mencari tempat wisata yang aduhai, bernuansa alam, hawanya masih sejuk, dan tidak kalah pentingnya, sajian kulinernya yang lengkap.

Namun, sayang seribu sayang, libur panjang, tanggal merah yang berurutan, harus ditampar dengan kenyataan yang tidak kalah menyedihkan. Jalur ke tempat wisata juga dilanda kemacetan yang cukup parah. Niat ingin berlibur bersama keluarga menjadi beban tersendiri tatkala mobil berjalan lambat, perlahan-lahan, demi keluar dari kemacetan.

Tempat-tempat wisata yang terkenal, semacam Puncak, Bogor, selalu jadi langganan macet. Apalagi medan yang berbukit, jalan mendaki, berkelok-kelok, menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi para sopir untuk menjaga kendaraannya. Jika sopir kurang punya kemampuan, maka mobil bisa mati mesin dalam. Setelah itu, bisa mundur karena rem kaki tidak berfungsi saat mesin mati, hanya bisa mengandalkan rem tangan. Ini cukup mengerikan!

Akhir Pekan di Rumah Saja

Melihat kenyataan libur panjang bisa memunculkan kemacetan yang parah, seperti pada berita-berita yang lalu, tidak sedikit keluarga yang memilih untuk menghabiskan akhir pekan di rumah saja. Kalaupun mau keluar, mungkin hanya ke tetangga atau kerabat yang rumahnya tidak terlalu jauh.

Mengisi akhir pekan dengan ke luar kota, ke tempat wisata, maupun di rumah saja, pada intinya adalah kebutuhan dunia. Ya, ujung-ujungnya uang berkurang, tabungan diambil, atau efek lainnya perut jadi kenyang karena bisa makan menu kuliner baru. Suasana kehangatan keluarga bisa muncul kembali jika di perjalanan tidak ada masalah.

Jika itu kebutuhan dunia, maka yang bisa diambil untuk akhirat apa? Bisa dikatakan berpahala juga, sih, menyenangkan anggota keluarga. Namun, dengan usia yang makin bertambah angkanya, dengan jatah hidup di dunia yang makin berkurang, kita butuh mengisi akhir pekan yang pahalanya besar. Kita butuh melakukan yang sesuai dengan prinsip ekonomi, melakukan sesuatu yang ringan, demi mendapatkan hasil yang berat. Atau, melakukan sesuatu yang kecil, demi mendapatkan hasil yang besar.

Kesempatan Itu Telah Datang

Pada dasarnya, sifat manusia itu selalu ingin untung, tidak mau rugi. Menurut motivator ternama Indonesia, Tung Desem Waringin, manusia itu selalu mencari kenikmatan dan menghindari kesengsaraan. Manusia selalu ingin cari enaknya dan menyingkirkan yang tidak enaknya.

Melihat sifat manusia seperti itu, kesempatan itu memang telah tiba. Dan, itu bisa dilakukan di akhir pekan ini. Saat biasanya orang tidak bekerja di kantor atau dalam suasana santai, berkumpul bersama keluarga, anak dan istri. Kalau keluarga besar, istrinya lebih satu, maka kumpulannya juga akan lebih banyak.

Akhir pekan ini adalah kesempatan emas untuk bisa mendapatkan pahala yang besar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kesempatan itu bernama puasa Tasua dan puasa Asyura. Puasa Tasua tanggal 9 Muharram, tepatnya tanggal 5 Juli 2025, hari Sabtu ini. Sedangkan puasa Asyura tanggal 10 Muharram, hari Ahadnya tanggal 6 Juli 2025.

Antara puasa Tasua dan puasa Asyura, maka lebih bagus didahulukan dalil tentang puasa Asyura. Dalilnya sebagai berikut:

قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّه بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ نَحْنُ نَصُوْمُهُ تَعْظِيْمًا لَهُ

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya, ‘Apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur.’ Maka beliau Rasulullah menjawab, ‘Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari 4/244, 6/429, 7/274, Muslim 2/795, Abu Daud 2444, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/318, 319, Ahmad 1/291, 310, Abdurrazaq 4/288, Ibnu Majah 1734, Baihaqi 4/286, Al-Humaidi 515, Ath-Thoyalisi 928)

Nah, setelah dalil puasa Asyura, maka berikutnya adalah puasa Tasua:

لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ

“Jika aku masih hidup pada tahun depan, sungguh aku akan melaksanakan puasa pada hari kesembilan.”

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata (Fathul Baari 4/245), ”Keinginan beliau untuk berpuasa pada tanggal sembilan mengandung kemungkinan bahwa beliau tidak hanya berpuasa pada tanggal sembilan saja, namun juga ditambahkan pada hari kesepuluh. Kemungkinan dimaksudkan untuk berhati-hati dan mungkin juga untuk menyelisihi kaum Yahudi dan Nashara, kemungkinan kedua inilah yang lebih kuat, yang itu ditunjukkan sebagian riwayat Muslim.” (Hadits Shahih Muslim 2/798, Ibnu Majah 736, Ahmad 1/224, 236, 345, Baihaqi 4/287, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushanafnya 3/58, Thabrani dalam Al-Kabir 10/401, Thahawi 2/77 dan lain-lain)

mengisi-akhir-pekan-8

Melihat keutamaan puasa Tasua dan puasa Asyura, maka kedua puasa tersebut akan menjadi pengisi akhir pekan yang sangat menyenangkan. Apalagi keutamaan puasa Asyura sebagaimana dalil berikut:

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab, ‘Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun kemarin.’” (Hadits Shahih Riwayat Muslim 2/818-819, Abu Daud 2425, Ahmad 5/297, 308, 311, Baihaqi 4.286, 300 Abdurrazaq 4/284, 285)

Mungkin ada yang menganggap, ah, itu ‘kan dosa kecil. Namun, sesuatu yang dianggap kecil dan diremehkan, ini yang berbahaya. Menurut Ustaz Zezen Zainal Mursalin, setan tidak peduli dosa apa saja yang dilakukan oleh manusia, yang penting bisa menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Dosa kecil yang dianggap biasa, jangan sampai justru mengantarkan pelakunya ke jurang neraka. Makanya itu, kita butuh dihapuskan juga oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ajak Keluarga Mengisi Akhir Pekan Ini dengan Berpuasa

mengisi-akhir-pekan-9

Momen bulan suci Ramadan memang sangat menyenangkan bagi setiap keluarga Muslim. Sahur bersama, puasa bersama, buka puasa juga bersama. Dan, itu berlangsung selama 29 atau 30 hari. Satu bulan full.

Nah, kalau yang ini, puasa Tasua dan Asyura cuma dua hari. Otomatis, lebih ringan dilakukan daripada puasa Ramadan. Mungkin ada yang menganggap ini berat karena tidak setiap Muslim berpuasa. Apalagi hukumnya pun sunnah.

Sering orang menganggap ibadah sunnah itu dilakukan berpahala, tidak dilakukan tidak apa-apa. Ketika beranggapan “tidak apa-apa”, maka itu sebenarnya ada apa-apa. Sebenarnya menurut banyak ustaz, itu rugi, karena waktu tidak bisa kembali. Sekali ibadah sunnah terlewat, maka kesempatannya juga terlewat.

Kalau mau terasa lebih ringan, ajak para istri, eh, maksudnya ajak istri dan anak-anak untuk berpuasa Tasua dan Asyura. Ini jadi lebih ringan, karena dalam satu keluarga. Beda dengan yang berpuasa cuma ayahnya atau ibunya, terasa galau sendiri. Yang lain makan siang, eh, sendirinya di dalam kamar sambil menahan lapar dan haus.

Mumpung masih ada waktu, mumpung masih hidup, mumpung ada kesempatan, mari isi akhir pekan ini dengan berpuasa selama dua hari. Apalagi ini datangnya setahun sekali. Jika memang benar-benar tidak bisa dua hari, silakan ambil satu hari pas puasa Asyura tanggal 10 Muharram.

Mungkin dalam kondisi sekarang, jalan-jalannya jadi tertunda dulu karena musim hujan. Atau mau jalan ke luar kota, mungkin juga akan menghadapi macet. Makanya, perjalanannya diubah ke surga saja, melalui jalan puasa.

Memang di surga adalah tempat terbaik bagi kaum muslimin. Tempat tersebut tidak ada macet, stres, marah-marah, jauh lebih baik makanannya, dan yang tidak kalah enaknya, bisa berkumpul kembali bersama keluarga. Masya Allah.

Wallahu ‘alam bisshawab.

avatar for Rizky Kurnia RahmanRizky Kurnia Rahman

Ketua Departemen Media, Komunikasi, dan Humas (Medikomhum) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Wahdah Islamiyah Bombana

Sumber:
https://almanhaj.or.id/2034-hari-asyura-10-muharram-antara-sunnah-dan-bidah.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2025 wahdahbombana.or.id