Kenal Imam Syafi’i rahimahullah? Kenal pula Imam Nawawi rahimahullah? Kalau kenal, kenalannya di mana? Apa yang menyamakan beliau berdua dan para ulama lainnya?
Memang kita tidak mengenal mereka berdua dari fotonya karena memang tidak ada sama sekali. Namun, kita bisa mengenal mereka melalui tulisan-tulisannya yang sampai sekarang masih bisa kita baca, nikmati, selami maknanya, bahkan bisa kita amalkan semampu kita. Mungkin buku mereka ada di rumah kita, semoga masih bagus dan masih bisa dibuka lagi.
Beda halnya dengan keluarga kita yang sudah meninggal dunia. Apalagi yang tidak pernah bertemu dengan kita. Mereka sudah meninggal dunia, bahkan sebelum kita lahir. Kita tidak bisa mengenal pribadi mereka lebih dalam, cuma bisa melihat fotonya, itupun kalau masih ada.
Mengapa tidak bisa mengenal mereka? Ya, karena mereka tidak pernah menulis. Kita tidak tahu sejarah hidupnya, pandangannya, pemikirannya, kisah cintanya mungkin, cara menyelesaikan masalah rumah tangga, kondisi negara pada saat itu, suasana lingkungan, dan hal-hal lainnya. Seandainya ada, maka kita bisa belajar dari mereka. Misalnya, ketika kakek kita menghadapi suatu masalah, kita jadi tahu cara mengatasinya karena kakek kita membuat tulisan atau catatan tentang itu.
Menulis adalah keterampilan khusus yang hanya dimiliki segelintir manusia. Meskipun membaca dan menulis adalah kemampuan dasar sejak kita pertama sekolah, tetapi bisa makin tergerus ketika kita mulai dewasa sampai saat ini. Kita lebih banyak berbicara, lebih banyak menggunakan lisan untuk berkomunikasi maupun mengungkapkan pendapat.
Memakai lisan memang lebih mudah. Lidah memang tidak bertulang. Hal yang terlintas di kepala langsung bisa dikatakan. Dan, bisa jadi, ini yang menyakiti perasaan orang lain, apalagi ditambah dengan emosi meluap-luap.
Kalau hati orang lain sudah terluka, sulit untuk kembali seperti sediakala. Dimaafkan, sih, dimaafkan, tetapi akan selalu teringat sepanjang hayat. Ibaratnya paku yang sudah ditancapkan pada kayu, ketika sudah dicabut, maka akan menimbulkan bekas. Harga paku sekarang perkilo berapa, ya?
Hal ini berbeda dengan menulis. Rumitnya menulis, karena harus menyusun huruf per huruf, kata per kata, hingga kalimat per kalimat, membentuk paragraf hingga jadi sebuah karangan, termasuk jadi buku, membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Membutuhkan mujahadah yang luar biasa dan ketenangan yang tidak mudah untuk dicapai. Membutuhkan konsistensi yang tidak sebentar. Membutuhkan pengorbanan, meskipun memang belum tiba waktunya makan daging kurban.
Namun, hasil karya dari tulisan cenderung lebih abadi, seperti karya para ulama kita. Walaupun mereka sudah meninggal lama, tetapi rasanya hidup lagi. Seakan-akan di dunia ini, kehidupan kedua mereka. Membaca karya mereka, seakan-akan mereka mengajari kita secara langsung. Makanya, para ulama berlezat-lezat dengan buku, hingga para istri mereka cemburu.
Menanamkan kecintaan pada menulis memang tidak mudah. Biasanya, menulis dikaitkan dengan bakat. Padahal, percuma juga ada bakat, kalau tidak dilatih, ya ‘kan? Orang pada awalnya tidak ada bakat, tetapi karena sering latihan, jadi bisa juga, bukan?
Menurut Howard Gardner, menulis termasuk kecerdasan linguistik. Ada delapan kecerdasan pada diri manusia, masing-masing dari kita pasti memilikinya, malah bisa lebih dari satu.
Kecintaan menulis juga dimulai dari kecintaan membaca. Bagaimana mungkin akan menghasilkan tulisan yang bagus kalau tidak pernah membaca yang bagus juga? Minimal kegiatan membaca itu sendiri, membaca apa saja, yang penting bisa bermanfaat.
Ibaratnya, sebuah teko. Tidak akan mungkin mengeluarkan teh atau kopi kalau tidak diisi dengan teh atau kopi juga. Sama dengan menulis. Pikiran sudah diisi dengan berbagai macam bacaan, maka akan mudah untuk merangkai kata hingga jadi sebuah tulisan.
Rindunya pada Bulan Ramadan
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Ramadan, kita tahu, bulan yang penuh dengan pahala, bahkan di tiap detiknya. Keberkahan Ramadan ini akan terus ada, bahkan sampai menjelang akhir Ramadan, dengan mutiaranya berupa Malam Lailatul Qadr.
Apakah kita tidak rindu dengan bulan yang sangat mulia tersebut? Orang yang beriman tentunya dalam hati kecilnya, rindu ingin bertemu lagi dengan bulan Ramadan, seterusnya dan seterusnya.
Bulan Ramadan adalah termasuk pula bulan berbagi. Kalau ada harta, bisa kita berbagi harta tersebut. Jika ada ilmu, dapat kita berbagi ilmu juga. Nah, inilah yang disebutkan terakhir. Berbagi ilmu, bisa diperluas lagi dengan berbagi pengalaman, cerita, maupun hal-hal lain yang bisa dituangkan kepada orang lain melalui tulisan.
Dari tujuan tersebut, maka pada bulan Ramadan 1446 Hijriyah ini, Insya Allah diadakan LOMBA MENULIS DENGAN TEMA “RAMADAN, BULAN YANG KURINDUKAN”. Lomba ini tidak diadakan untuk semua orang, karena khusus untuk Santri Pondok Pesantren Al-Wahdah Bombana, baik putra maupun putri, SMP maupun SMA.
Mengapa kok khusus para santri saja? Selain karena ingin mengukur tingkat literasi mereka, juga karena lomba ini memang diadakan atas kerja sama SMP dan SMA Islam Terpadu Al-Wahdah Bombana dengan Departemen Media dan Komunikasi (Medikom) Dewan Pengurus Daerah Wahdah Islamiyah Bombana.
Rindu terhadap bulan suci Ramadan bisa dituangkan dalam bentuk tulisan, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
- Bisa diikuti oleh seluruh santri SMP dan SMA, mulai dari kelas 7 sampai 12, ikhwan maupun akhwat.
- Bentuk tulisan bisa berbentuk artikel, opini, esai, review buku, rangkuman ceramah ustaz, kisah perjalanan, puisi, cerita pendek kisah nyata, drama diilhami dari kisah nyata, intinya semua tulisan yang berkaitan dengan Ramadan.
- Tema lomba sudah disebutkan di atas, yaitu: RAMADAN, BULAN YANG KURINDUKAN.
- Panjang tulisan bebas, tetapi juga jangan satu huruf saja, dong! Tulisan diketik rapi, diberi judul, diberi keterangan penulisnya di bagian bawah tulisan, nama lengkap, jenis kelamin, dan kelas.
- Waktu pengumpulan tulisan mulai dari tanggal 1 – 29 Ramadan 1446 Hijriyah.
- Tulisan bisa dikirim via email atau via WA. Untuk email, bisa dikirimkan ke kontak@wahdahbombana.or.id atau melalui Whatsapp: 081243206556 (Rizky Kurnia Rahman). Boleh mengirim secara langsung, maupun diketik terlebih dahulu di Word.
- Tidak boleh menuils menggunakan AI (Artificial Intelegence) karena nantinya akan dicek, termasuk plagiasinya atau kemiripan dengan tulisan lainnya. Jadi lebih baik menulis secara orisinil dan apa adanya, apalagi AI itu juga ada di kalangan dakwah, yang kepanjangannya Akhwat Ikhwan.
- Setiap tulisan nantinya akan diposting di website ini dengan arsip atau kategori khusus. Tulisan yang diposting akan ditampilkan apa adanya, tidak diedit, murni hasil tulisan santri, dan dikirim linknya ke semua grup yang berkaitan dengan DPD WI Bombana.
- Setiap pembaca boleh memberikan ulasan, komentar, maupun reaksi melalui emoticon di bagian atas maupun bawah tulisan. Ingat, sekali memberikan reaksi melalui emoticon tersebut, maka tidak akan bisa lagi. Yang paling banyak, bisa menjadi poin tersendiri bagi si penulis. Makanya, lebih banyak share, lebih bagus.
- Ketentuan penilaian sebenarnya tidak banyak, yaitu: tulisan sesuai dengan tema dan penulisan sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang dipedomani dan dipakai sekarang, jangan banyak salah tulis atau typo.
- Pengumuman pemenang Insya Allah pada bulan Syawal 1446 Hijriyah dan diumumkan secara resmi di website ini.
- Total hadiah 1 juta rupiah, masing-masing juara 1: 500 ribu, juara 2: 300 ribu, juara 3: 200 ribu. Lumayan mantap ‘kan?
- Penyerahan hadiah kepada para pemenang, Insya Allah akan ditentukan kemudian.
Silakan mulai sekarang juga membuat tulisan, boleh dikonsep di kertas terlebih dahulu, jika sudah ada waktunya, tinggal diketik. Jangan sampai, sekarang terasa longgar waktunya, nantinya menjelang deadline, jadi terburu-buru. Bukankah waktu adalah jam? Betul bukan?
Jadi, tertarik mau ikut? Segera langsung saja ambil bagian pada lomba ini, karena tidak setiap waktu akan ada! Semoga beruntung dan tulisan-tulisan dari lomba ini juga semoga bisa bermanfaat untuk orang banyak.
Juri lomba, Rizky Kurnia Rahman, Ketua Departemen Medikom DPD WI Bombana.
bismillah,
bismillah!
Iye, bagaimana?
Assalamu’alaikum, afwan ustadz kapan pengumuman juaranya?
Assalamu’alaikum kapan pengumuman juaranya?
Wa’alaikumsalam. Tunggu info selanjutnya, ya! Soalnya masih pas momen lebaran ini.