Masih main media sosial bukan? Kalau masih bermain di media tersebut, pastinya tahu dong tentang konten-konten yang memperlihatkan suami takut istri?
Beberapa video yang berseliweran di beranda media sosial kita memperlihatkan tentang hal itu. Ada video yang isinya para suami yang dipimpin oleh seseorang dengan kalimat, “Kami tidak takut istri!”
Namun, setelah itu, teman-temannya tertawa dan memilih untuk menghindari yang bicara tersebut. Beberapa contoh konten tersebut seperti di bawah ini:
Tidak hanya tentara, polisi juga menyatakan hal yang sama tentang istrinya:
Intinya, suami takut istri bisa menjadi konten di media sosial, baik itu Facebook, TikTok, Instagram, dan media lain. Dan, konten-konten semacam itu disukai karena dinilai isinya hiburan. Bisa membuat orang tertawa karena mungkin saja benar-benar terjadi di kehidupan nyata para pembuatnya atau kreator kontennya.
Tentang Suami Takut Istri
Sebagai seorang suami yang notabene menjadi pemimpin keluarga atau rumah tangga, maka belum tentu kenyataan seperti itu. Secara de jure, memang dia kepala rumah tangga. Namun, secara de facto, mungkin belum tentu.
Ada suami yang takut istri karena si istrinya lebih powerfull. Misal, istrinya yang mempunyai penghasilan lebih tinggi daripada suami. Atau, suami yang banyak dibantu oleh keluarga istri.
Perasaan tidak enak pada diri suami jika membantah istri, memarahi, atau bahkan melakukan tindakan kekerasan. Apalagi sekarang sarana untuk melaporkan tindakan kekerasan sudah sangat banyak. Dan, itu akan membuat suami berpikir ribuan kali jika mau melakukannya.
Suami yang profesinya PNS lebih takut lagi. Mereka terikat aturan untuk tidak mempermainkan hubungan pernikahan. Contohnya, menikah diam-diam tanpa diketahui istri yang sah. Yah, namanya juga diam-diam, pastilah tidak diketahui istrinya yang sudah terlebih dahulu legal. Beda dengan nikah bicara-bicara, bukan diam-diam, ya, pastilah diketahui banyak orang.
Bagi yang PNS pria, diperbolehkan untuk berpoligami merujuk pada aturan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 yang kemudian diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990.
Dalam peraturan tersebut, dinyatakan harus ada izin dari atasan, alasan yang sah, persetujuan tertulis dari istri yang sah, penghasilan yang cukup, dan jaminan berlaku adil terhadap istri-istri serta anak-anak.
Ada kejadian yang saya ketahui, seorang PNS menikah diam-diam. Istri sahnya sebenarnya tahu bahwa istri kedua suaminya juga seorang PNS. Dalam peraturan negara, perempuan PNS tidak boleh menjadi istri kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Eh, dan seterusnya? Jadi, itu menjadi dilema. Mau melaporkan suaminya, jangan sampai nanti suaminya malah dipecat! Mau bertahan terus, nyesek juga.
Nah, dalam tulisan ini, memang yang dibahas adalah suami takut istri. Namun, lebih tepatnya adalah “suami takut istri dengan tambahan kata-kata tertentu”. Lho, maksudnya bagaimana? Kata-kata tertentu itu apa saja? Markimak, alias mari kita simak!
Suami Takut Istri dan Kelanjutan Kalimatnya
1. Suami Takut Istri Membuka Aurat Sembarangan
Dalam tulisan ini, antara takut dan khawatir memang punya makna yang hampir sama. Takut lebih terkait dengan ancaman yang dirasakan. Sedangkan, khawatir lebih terkait dengan kecemasan tentang masa depan atau hal-hal yang belum pasti. Pada intinya, keduanya bisa saling terkait dan seringkali memang sulit dibedakan, kecuali yang benar-benar berbeda adalah tulisannya!
Pada poin yang pertama ini menjadi sangat penting bagi seorang istri dan perempuan secara umum. Persoalan membuka aurat sudah sangat wajar sekarang ini. Sudah menjadi fenomena umum.
Hampir di semua tempat, baik itu berupa tempat fisik, maupun di media sosial, selalu saja ada perempuan yang membuka aurat. Entahlah, yang membuka aurat itu sudah punya suami atau belum, atau bahkan pernah punya suami.
Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu‘anha, beliau berkata:
أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ
“Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, ‘Wahai Asma, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haid (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya, kecuali ini dan ini’, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya.” (HR. Abu Daud 4140, dalam Al-Irwa [6/203], Syekh Al-Albani berkata, “Hasan dengan keseluruhan jalannya”)
وعورة الحرة مع رجل أجنبي مسلم غير الوجه والكفين من جميع جسدها
“Aurat wanita di depan lelaki muslim ajnabi adalah seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan.” (Syarh Mukhtashar Khalil, 176).
Asy Syaranbalali berkata,
وجميع بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها باطنهما وظاهرهما في الأصح ، وهو المختار
“Seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam serta telapak tangan luar, ini pendapat yang lebih shahih dan merupakan pilihan madzhab kami.“ (Matan Nuurul Iidhah).
Batasan aurat bagi seorang perempuan, termasuk istri, adalah wajah dan telapak tangan. Jika mengenakan cadar, maka itu lebih baik. Jika memakai penutup tangan, itu juga lebih baik.
Nah, fenomena yang ada sekarang, apalagi demi mendapatkan like maupun viral, tidak jarang, aurat pun dibuka sedemikian rupa. Apalagi yang mengonsumsi konten tersebut adalah kaum Adam, maka akan semakin viral. Bahkan, disimpan, discreenshot, maupun didownload untuk disimpan menjadi bahan fantasi seksual.
Suami, sebagai garda terdepan yang menjaga istri, wajib selalu mengingatkan istrinya untuk tidak membuka aurat di hadapan laki-laki asing. Termasuk suami yang sangat bagus adalah suami yang cerewet, selalu menasihati dan mengecek istrinya apabila ingin keluar rumah.
Misalnya, apakah jilbabnya sudah benar atau belum? Apakah rambut istrinya sudah benar-benar tertutup? Apakah istri sudah memakai kaos kaki panjang? Apakah istri memakai celana panjang di balik gamisnya? Ini untuk menghindari rok panjangnya tersingkap saat naik sepeda motor. Atau menghindari betis tersingkap dan dilihat orang lain. Yang melihat bisa hilang hafalannya, padahal pada dasarnya memang tidak punya hafalan sama sekali.
Suami juga perlu mengecek saat istrinya mau keluar rumah, apakah lengannya tidak akan terlihat nanti? Dan, detail-detail lainnya, mesti diperhatikan suami sebelum istrinya benar-benar naik kendaraan.
Dan, istri yang baik pula, tidak boleh mengatakan suaminya cerewet karena selalu bertanya tentang penampilan si istri. Jika suami tidak menasihati istrinya alias cuek bebek, bukan cuek ayam, maka ketika istrinya melakukan dosa, dalam hal ini membuka aurat itu, suaminya ikut menanggung dosanya.
Jadi, pada poin yang pertama ini, suami takut istri membuka aurat di segala tempat, yang akhirnya itu menjadi bahan fitnah bagi orang lain.
2. Suami Takut Istri Bergaul Bebas dengan Lawan Jenis
Ketakutan suami berikutnya alias suami takut istri berikutnya adalah jika istri bergaul bebas dengan laki-laki yang bukan mahrom. Ini juga fenomena yang sulit dihindari, jika istri bekerja di luar rumah, bekerja di tempat umum.
Misalnya, di kantor pemerintahan atau perusahaan swasta. Antara pegawai laki-laki dan perempuan memang tidak ada sekat, tidak seperti di masjid. Makanya, bisa saja mereka duduk berdekatan atau karena ada urusan tertentu, jadi berdampingan.
Memang, bagi laki-laki, ada semacam getaran tersendiri jika di dekatnya ada perempuan yang bukan mahrom. Pernah ada video yang memperlihatkan, ada gelombang tertentu yang dipancarkan oleh laki-laki tatkala berada dalam keadaan seperti itu.
Bergaul bebas bagi seorang istri juga ditakuti oleh suami kalau urusannya dengan dunia media sosial. Jika istrinya main media sosial, semacam Facebook, maka dari situlah awal mula kisruhnya.
Ada laki-laki yang memulai pertemanan dengan seorang istri orang lain. Awalnya dari like, komen, bahkan share, status si perempuan tersebut. Makin berlanjut, masuk ke ranah chat melalui Messenger yang juga disediakan oleh Facebook.
Lanjut ke episode selanjutnya, melalui Whatsapp (WA). Baku tukar nomor WA. Chat terus terjadi, seharian tidak chat, rasanya 24 jam! Eh, pokoknya, sehari tidak chat dengan perempuan tersebut atau mereka tidak baku chat, serasa ada yang kurang.
Dari WA, masuk ke aplikasi yang lebih seru lagi. Sampai mereka video call. Bertanya kabar hari ini, sedang apa, dan bla, bla, bla lainnya. Makin akrab lagi, sampai perempuan tersebut menampakkan auratnya. Dibuka sampai tidak ada lagi yang tersisa.
Kata-kata laki-laki itu sangat menyihir sehingga si perempuan, yang mungkin sudah punya anak beberapa ekor, maksudnya beberapa orang, menjadi takluk. Terperdaya oleh kata-kata yang sangat membius, jauh lebih membius daripada biusnya rumah sakit!
Tanpa diketahui, laki-laki itu merekam layarnya. Ada kesempatan melihat aurat istri orang. Ada kesempatan pula menyimpannya dalam HP-nya. Entahlah, yang ini sudah korban keberapa.
Jika suaminya tidak tahu, maka biasanya akan jalan terus. Jika sampai tahu, maka yang paling rawan memang si perempuan. Sedangkan laki-laki penggoda tersebut, karena faktor jauh, mungkin akan dimarahi, mungkin akan dicaci-maki oleh suaminya perempuan itu. Namun, mungkin hanya sebatas itu. Lanjut ke tindak kekerasan, maka suami si perempuan akan berpikir ulang. Jangan-jangan, dia nanti yang malah jadi korban kekerasannya sendiri.
Laki-laki bejat itu bisa saja mengancam balik. Dia akan menyebarkan video istri laki-laki itu jika sampai berbuat lebih jauh. Ini menjadi sangat dilema bagi diri sang suami. Dia sebenarnya masih mencintai istrinya, tetapi istrinya sudah bertindak sejauh itu.
Fenomena semacam itu sudah jamak terjadi. Si suami percaya sekali pada istrinya, karena istrinya mungkin adalah aktivis, bergerak di bidang sosial keagamaan misalnya. Jadi, isinya, ya, seputar agama dan sebagainya. Namun, siapa sangka, di balik itu, ada sesuatu yang telah terjadi.
Dan, pernah ada kejadian, sampai berbuat zina antara laki-laki dan perempuan istri orang itu. Hubungan mereka berjalan selama lebih dari lima tahun. Kok bisa, ya, sampai tidak ketahuan begitu oleh suaminya?
Sebenarnya, perempuan yang sudah bersuami bisa terjerumus dalam jeratan laki-laki lain belum tentu karena rumah tangganya bermasalah. Bahkan, bisa jadi, rumah tangganya baik-baik saja. Hubungan suami istrinya juga berjalan rutin dan normal. Nafkah juga masih oke, masih cukup, bahkan lebih.
Namun, faktor yang mungkin memicunya adalah kenyamanan dan perhatian. Memang nafkah lahir didapatkan dari suami, begitu pula nafkah batin, tetapi nyaman berkomunikasi dengan laki-laki selain suaminya, itu yang menjadi faktor pendorong. Perhatian-perhatian kecil semacam: sudah makan belum, kamu lagi ngapain, sehat-sehat ya, jangan sampai sakit, dan kalimat perhatian lainnya, mungkin sudah lepas dari suaminya.
Sedangkan bagi laki-laki bejat itu, menaklukkan istri orang akan menjadi tantangan tersendiri. Mungkin dia pernah menaklukkan gadis maupun janda sebelumnya, tetapi istri orang, ini sudah meningkat levelnya. Resikonya memang ada, jelas dong. Namun, di situlah adrenalin dipacu. Chat terus, komunikasi terus, hingga hubungan yang lebih serius, sampai bisa melakukan hubungan badan.
Menurut dr. Aisah Dahlan, perempuan itu memang lebih mengandalkan perasaan. Beda dengan laki-laki yang lebih mengedepankan logika dan akal. Nah, ketika perhatian terus dilancarkan, ibaratnya batu yang keras, lama-lama bolong juga dengan tetesan air yang terus-menerus. Kalau dengan kondisi rumah tangga yang baik-baik saja bisa muncul kejadian semacam itu, apalagi yang rumahnya memang sudah bermasalah. Ya ‘kan? Kan ya?
3. Suami Takut Istri Masuk Neraka
Apa sih tugas utama seorang suami sebagai kepala keluarga? Apakah cukup dengan hanya memberikan nafkah? Apakah cukup dengan memberikan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal?
Ternyata, tidak cukup sampai di situ. Bahkan, tugas utama seorang suami sebagaimana termuat dalam dalil di Surah At-Tahrim ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Surga adalah tempat reuni yang terbaik. Setelah masing-masing anggota keluarga terpisah karena kematian, lalu berada dalam alam kubur, dibangkitkan kembali dengan menjalani proses selanjutnya, maka harapannya memang bisa bertemu lagi di surga. Harapannya sebagaimana dalam Surah Ar-Ra’du ayat 23:
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۖ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.”
Seorang suami yang telah dibekali dengan iman, takwa, dan ilmu, tentunya berharap bisa mengumpulkan istri dan anak-anaknya di surga nanti. Dia akan menjadi takut istri atau anak-anaknya masuk neraka.
Makanya, seorang suami senantiasa mengingatkan istrinya, anak-anaknya untuk sholat, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan ibadah-ibadah lain agar tidak ada satupun yang mampir ke neraka. Atau malah yang lebih parah, istrinya masuk neraka dengan menyeret suaminya. Wah, ini jelas sangat menyala!
Jadi, Masihkah Suami Takut Istri?
Tren viral di media sosial tentang suami takut istri, memang ada benarnya, tetapi takut yang bagaimana dulu? Takut tidak sembarang takut. Ada takut yang lebih dekat kepada urusan agama, akhirat, dan nasib selanjutnya setelah meninggalkan dunia ini. Waallahu ‘alam bisshawab.
Sumber:
https://almanhaj.or.id/22724-jagalah-dirimu-dan-keluargamu-dari-api-neraka.html
Sumber: https://muslimah.or.id/10685-wahai-saudariku-lengan-adalah-aurat-2.html
Berkumpul Kembali Bersama Keluarga Kelak di Surga, Mungkinkah?