Menghadapi atau mempersiapkan kelulusan untuk murid TK, kelas 6 SD maupun santri dari Ponpes Al-Wahdah Bombana, diselenggarakan Pertemuan Orang Tua Siswa/Santri yang disingkat POS. Tausyiah dari Ustaz Aidil pun mengawali acara tersebut.
POS ini dilaksanakan hari Sabtu (17/5/2025), bertempat di Masjid An-Nur, kompleks Ponpes Al-Wahdah Bombana putri, masih dengan alamat yang sama di Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Lauru, Kecamatan Rumbia Tengah. Kegiatan dimulai sekitar pukul 09.00 WITA.
Ustaz Aidil, alumnus Sekolah Tinggi Islam Bahasa Arab (STIBA) Makassar, menyebutkan pada awal tausyiahnya di POS ini tentang 7 golongan yang dinaungi Allah, salah satunya adalah orang yang selalu rindu ke masjid.
Tentang POS yang notabene juga merupakan bentuk musyawarah, pimpinan Ponpes Al-Wahdah Bombana ini berujar, “Musyawarah adalah ibadah, pengorbanan Bapak dan Ibu ke sini meliputi pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan materi, Insya Allah bernilai ibadah.”
Semuanya Merugi, Kecuali yang Ini
Dalil yang disebutkan oleh Ustaz Aidil, beliau mengambil dari Surah Al-Asr. Surah tersebut menyebutkan tentang semua manusia itu merugi, dunia dan akhiratnya, kecuali orang yang beriman, beramal sholeh, dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan supaya menetapi kesabaran.
“Kata ulama, orang yang merugi itu dibagi beberapa kelompok. Ada yang rugi dunia akhirat. Rugi dunia, tidak mau ibadah. Ada pula rugi akhirat, tetapi dunia berkecukupan. Ini juga musibah,” kata beliau.
Tentang Bulan Haram
Ustaz Aidil mengajak hadirin, untuk merenung, “Sebagian kita mungkin berpikir, bulan yang istimewa itu bulan Ramadan, bulan pengampunan. Allah menyiapkan waktu yang istimewa untuk hamba-Nya, untuk meninggikan derajat seorang hamba, di antaranya syahrul hurum.”
Dalil tentang syahrul hurum itu terdapat dalam Surah At-Taubah ayat 36:
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
Lanjut Ustaz Aidil, “Kata Imam Ibnu Katsir, jangan menzalimi diri sendiri, secara umum, Allah melarang kezaliman setiap waktu, tempat, dan bulan. Namun, di ayat ini, surah ini, Allah memberikan penekanan khusus. Allah melipatgandakan dosa pelaku kezaliman di bulan haram, begitu pula yang melakukan amal sholeh, amalnya dilipatgandakan.”
Makanya, kata beliau, “Bedanya duduk kita seperti ini, pada bulan ini, beda dengan di bulan lain.”
Lalu, untuk apa Allah menciptakan bulan istimewa tersebut? Penjelasan dari Ustaz Aidil, “Kata ulama, Allah itu Maha Tahu. Kita ini yang paling terakhir, paling pendek umurnya. Umat terdahulu, umurnya panjang. Nabi Nuh berdakwah kepada umatnya 950 tahun, umurnya pasti lebih daripada itu.”
Mengacu kepada kenyataan umur manusia sekarang, Ustaz Aidil menambahkan lagi, “Dalam hadits, umur umat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam antara 60-70 tahun. Meskipun umur pendek, Allah menyiapkan bulan istimewa agar bisa menyaingi amal orang terdahulu.”
Namun, problemnya alias permasalahannya, masih berkata beliau, “Celakanya, umur pendek, masih lalai juga. Bagi yang sudah 40 tahun, tinggal 20 tahun lagi.” Beliau tersenyum. Bahkan ada yang belum mencapai 60, sudah meninggal.”
Dalam penutup tausyiah, Ustaz Aidil memberikan pesan, “Di waktu yang mulia ini, mari bersemangat ibadah. Kita tidak tahu sampai mana ajal, kekuatan, kesehatan, untuk memaksimalkan ibadah kepada Allah. Mumpung masih sehat dan kuat, manfaatkan dengan baik.”
Setelah tausyiah, maka acara selanjutnya diserahkan kepada Ustaz Jamuddin selaku Ketua Yayasan An-Nur Wahdah Islamiyah Bombana, untuk menyepakati teknis penamatan anak-anak TK, murid SD kelas 6, maupun santri Ponpes Al-Wahdah Bombana kelas 9 dan 12. Beliau didampingi oleh Kepala SD IT Al-Wahdah Bombana, Ustaz Hasmin dan Kepala SMP, juga IT Al-Wahdah Bombana, Ustaz Darmawan.